BREAKING NEWS

Cerita Pendidikan Dasar Gandawesi

H-1 Pendidikan Dasar saya masih sibuk mempersiapkan segalanya untuk esok harinya dari mulai pagi hari sampai pagi buta. Masih banyak logistik dan perbekalan yang belum terpenuhi. Saya sibuk kesana-kemari untuk memenuhi semua itu. Tengah malam kami packing hampir sampai subuh, itu sangat melelahkan, seharusnya kami istirahat untuk mempersiapkan energi untuk esok hari.
19 Januari 2017 Pukul 3.30 saya bersama Piona menginap di kostan Kania. Pukul 4.30 saya bangun, lalu mandi, sholat, dan memakai pakaian lapangan. Pukul 05.50 kami sarapan disebuah warung nasi kuning, di situ kami makan sambil berbincang bagaimana kami nanti di sana. Saat akan membayar ternyata tidak ada kembalian, jadi kami belum bayar alias ngutang sampe beres Pendidikan Dasar. Setelah itu, di perjalanan menuju kampus tercinta kami merasa jadi pusat perhatian warga Geger Kalong, karena memakai pakaian lapangan lengkap seperti mau tempur.

Setelah sampai di depan gang FPTK kami para wanita merasa ragu untuk masuk ke FPTK, karena siswa belum lengkap, para laki-laki masih berada di kostan Bagus. Waktu menunjukan pukul 06.00 lebih, yang kami pikirkan jika kami masuk akan terkena marah Kodiksar karna telat dan siswa belum lengkap. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu para laki-laki di depan mini market Expr***, karna sama saja kami akan terkena marah. 20 menit berlalu, akhirnya mereka datang. Lalu kami menuju FPTK dengan rasa deg-degan.

Lalu kami diarahkan untuk menuju salah satu kelas tempat kami packing semalam, kami diperintahkan untuk menitipkan barang berharga seperti HP dan uang kepada Kodiksar. Saya menitipkan dua HP saya. Lalu kami diperintahkan untuk memakai tali tubuh, veldpless, dan memakai carriernya. Disaat saya memakai carrier yang beratnya 8 liter, punggung dan kaki saya berasa mau copot, karna itu benar-benar berat sekali. Lalu kami apel pagi, dan saya tidak fokus mengikuti apelnya, karna saya memikirkan punggung dan kaki saya yang sangat sakit. Tapi akhirnya saya paksakan, meskipun itu menyiksa diri saya.

Setelah itu kami naik bus untuk menuju Pusdikif. Di perjalanan kami memanfaatkan waktu untuk tidur. Setelah sampai kami langsung turun dan berjalan menuju barak. Di perjalanan pun saya sebetulnya tidak kuat untuk berjalan, lagi-lagi punggung dan kaki saya merasa sangat kesakitan. Dan saya jalan sangat lambat dari teman-teman yang lain, saya seketika berfikir untuk menyerah, dan saya pun menangis memikirkan lanjut atau tidak. Setelah di pikirkan, saya ingin lanjut, meskipun keadaan seperti ini. Karna tekad yang kuat, saya harus tetap lanjut. Dan akhirnya saya sampai barak.
Hari pertama sekitar pukul 12.00 wib kami menerima materi mengenai KODE ETIK PECINTA ALAM dari Kang Yayat anggota pecinta alam Jana Buana. 

Selang satu jam saya memerhatikan teman saya Bagus yang terlihat sangat mengantuk sambil menggigit pulpen, mungkin karna dia rindu merokok jadi Dia melampiaskan dengan cara seperti itu. Hahaha. Pukul 15.00 kami melanjutkan menerima materi mengenai KEORGANISASIAN dari Kang Dadang. Dan sama, selang satu jam saya memerhatikan teman-teman saya yang mengantuk, dan itu adalah hal yang lucu dan menghibur. Sekitar pukul 16.00 wib kami melanjutkan menerima materi mengenai MANAJEMEN PERJALANAN dari Kang Tedi. Sekitar pukul 19.00 wib kami melanjutkan menerima materi mengenai TALI TEMALI dari Ka Bayu, saat menerima materi itu saya melihat temen-teman sangat bersemangat, karna mungkin sambil mempraktekkannya. Lalu terakhir sekitar pukul 20.30 kami menerima materi mengenai LINGKUNGAN HIDUP dari Kang Iden. Setelah selesai sekitar pukul 22.00 wib kami mengikuti apel malam dan evaluasi. 

Ada saja kesalahan yang kami perbuat, seperti masih lelet atau berleha-leha dalam melakukan sesuatu. Setelah itu kami menuju Barak untuk tidur, dan kami mengganti pakaian kami dengan pakaian tidur, yang saya pikirkan saya tidak akan mengganti pakaian dengan pakaian tidur, karna saya merasa ribet untuk membukanya dan nanti memakainya kembali, karna nanti harus memakai pakaian dengan waktu yang cepat. Tapi akhirnya saya menggantinya, karna saya pikir lagi saya harus menuruti apa kata Kodiksar, karna apa yang mereka perintahkan untuk kebaikkan kami. Lalu kami tidur dengan sangat nyenyak.

Hari kedua sekitar pukul 10.00 wib kami menerima materi lagi mengenai SOSIOLOGI PEDESAAN dari Teh Osi. Dan lagi-lagi saya melihat Bagus mengantuk. Hahaha. Lalu sekitar pukul 12.00 kami menerima materi mengenai GUNUNG HUTAN dari Ka Galih. Cuaca saat itu sangat panas, saya sering merasa kehausan, dan sering minum, tapi saya memikirkan untuk 12 hari kedepan, bagaimana nanti saya minum kalo sekarang air terus diminum, karna persediaan minum kami kalau tidak salah tinggal 10 botol. Dan saya pun iseng minum air bakL. Lalu kami menerima materi mengenai ILMU GIZI dari Teh Dela, dan kami di perintahkan untuk memasak sendiri, karna itu adalah kegiatan memasak pertama kami, jadi kami belum bisa mengatur waktu, dan belum bisa memasak dengan cepat. Kami selesai masak pukul 14.00. 

Kami menerima materi mengenai SURVIVAL dari Ka Rivan, kami sangat semangat dalam menerima materinya, karna diseling memprakteknya dan diberi permen dan wafer. Hehehe. Lalu kami disuruh membuat bivak solo, bivak yang saya buat cukup nyaman dan aman. Sebelum tidur kami masak, di area depan barak yang terkunci. Saya merasakan ada yang tidak nyaman, yaitu ada salah satu bagian dibadan saya yang lecet, disitulah awal mula saya dipanggil “Ucet” yaitu Ukhti lecet, yang membuat nama itu adalah Aso. Lalu sekitar pukul 22.00 WIB kami menerima materi mengenai ROCK CLIMBING memerhatikan materinya. Saya lihat teman-teman saya sudah terasa sangat ngantuk, apalagi Bagus dan Ghandur. Saya juga merasa ngantuk, tapi saya harus tetap fokus dengan cara bertanya-tanya ke pemateri agar tidak mengantuk. Setelah selali pematerian, kami mengikuti apel malam dan evaluasi. Lalu saya tidur, tapi tidur tidak nyenyak karna ada banyak semut yang berasal dari pohon itu masuk ke bivak, dan itu sangat sangat membuat saya tidak nyaman, karna berasa ditiduri semut.

Hari ketiga sekitar pukul 09.00 WIB kami menerima materi mengenai PMAB dari Teh Ning Tias. Cuaca saat itu panas sekali, rasa haus pun melanda. Saya melihat salah satu Kodiksar sedang meminum nutrisari, serentak kami bilang “enak pisan ya itu Kodiksar”. Lalu kami istirahat diperintakan untuk memakan buah-buahan, saat saya makan buah apel, sungguh segar luar biasa, saya menikmati disetiap gigitannya. Lalu kami menerima materi mangenai NAVIGASI DARAT dan SAR dari Ka Rizal sampai kira-kira pukul 16.00.

Sekitar pukul 16.30 WIB setelah shalat ashar kami di berangkatkan menuju Citatah menggunakan truk TNI. Sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai, kami istirahat di Halaman rumah salah satu warga yang berada di pinggir jalan. Disitu kami memasak, saat memasak banyak anak kecil yang mendatangi kami, teman saya Aso bertanya kepada mereka “Jang nyungkeun moringna lah, abi lapar can dahar yeuh.” Kata saya “eh si Aso hayang kapanggih ku Kodiksar.” Kata Aso “Bae atuh kan Sosped”.

Setelah itu sekitar pukul 19.30 kami pergi menuju area Tebing Citatah 125. Tapi hujan turun, jadi kami memakai ponco terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan. Saya merasa berjalan saat memakai carrier berat, cuaca hujan, Medan bebatuan dan menanjak itu sangat meribetkan, karna pakujut dengan poncoL. Dan membuat saya berjalan sangat lelet dan agak tidak bersemangat, tapi saya berpikir “saya ini akan menuju Tebing, harus harus sampai sana, harus bisa manjat sampai atas” karna pemikiran itu saya bersemnagat kembali. Sekitar pukul 20.15 kami sampai di Pos yang banyak Kodiksarnya. Kami disuruh melepaskan ponco dan carrier, lalu di suruh jongkok berdiri-jongkok berdiri sampai beberapa kali, disitulah semangat mulai berkobar. Kami disuruh menutup mata kami dengan syal putih lalu berpegangan tangan, dengan tujuan kita harus percaya kepada teman yang ada di depan, belakang, kanan, dan kiri kita dan percaya kepada komando Kodiksar. Lalu kami berjalan mengikuti arahan Kodiksar. Medan yang kita lalui berbeda-beda, ada medan landai, menanjak, bebatuan, dan lumpur. 

Saat melewati medan-medan itu kami sambil berteriak “GANDAWESI” terus menerus, sampai suara saya habis. Yang berteriak paling kencang itu Hamdan, semangat dia sangat tinggi, dan saya pun terbawa untuk berteriak kencang lagi. Yang paling rame itu di medan lumpur, karna akhirnya baju saya kotor. Hahaha. Dan kaki kita ada yang nyangkut dilumpur, karna sulit untuk melangkah juga. Sepatu Kania pun sampai copot, saking sulit untuk mengangkat kaki. Setelah itu kami mengikuti apel malam, dengan keadaan basah kuyup dan cuaca hujan. Sebetulnya kami disitu sudah lelah ingin cepat-cepat tidur. Setelah beres apel malam kami menuju tempat camp, dan ulalaa saya terkejut dengan lokasi campnya, karna cuaca hujan, medan disitu miring dan sangat licin. 

Dalam keadaan kedinginan dan basah kuyup, saya membuat bivak, disitu saya tiba-tiba hilang hilang ingatan tentang simpul jangkar, akhirnya saya memakai simpul asal-asalan, lalu memasang ponconya, dan membuat tumpuannya pun kurang kencang, akhirnya ada yang lepas. Lalu saya mengganti pakaian dengan pakaian tidur. Saya berpikir “kan tujuan mengganti pakaian agar tidak kedinginan saat tidur, tapi ini mengganti pakaian dalam kedaan hujan, ya baju jadi basah.”. Lalu saya masuk ke dalam bivak dalam keadaan basah karna bivak saya kebanjiran, dan saya sangat merasakan kedinginan, sepanjang malam itu saya tidak tidur dan berpikir “apa ini yang dinamakan hipotermia?” malam itu sangat terasa panjang. Seketika saya merasakan ada Kodiksar diluar bivak saya, mungkin sedang jaga. Saya bilang “Ka saya kedinginan.” Kodiksar itu menjawab “tidur tuan ini waktu tidur kalian”. Terdengar suara getaran kedinginan dari teman-teman, saya merasa kasihan, rasanya saya ingin nangis.

Pagi pun datang, kami dibangunkan oleh suara peluit yang membuat kita sontak bilang “GANDAWESI SIAP”. Lalu kami disuruh memakai pakaian lapangan, tapi kita lelet. Akhirnya saat baris kita mendapat sebuah ‘peringatan’ dari Dansis, dan saya kaget. Lalu kami sholat subuh dan memasak, kami sholat secara bergantian dalam keadaan penuh dengan lumpur. Dan makan pun kami dalam keadaan lumpur, bahkan alat makan kita pun berlumpur, padahal sudah dibersihkan dua kali. Saat makan kami nikmati saja makan bercampur lumpur.

Sekitar pukul 10.00 ini adalah waktu yang snagat saya tunggu-tunggu sekaligus deg-degan, yaitu memanjat tebing yuhuuuu. Saat Kodiksar memdemonstrasikan cara memanjat tebing saya sangat fokus untuk memerhatikannya, agar saat nanti saya manjat saya tidak salah.
Berawal dari komandan regu atau danru kita yaitu Ghandur yang memanjat, saya melihat dia sangat panic saat akan naik, dan di tengah-tengah pun dia terlihat sangat panic, tapi akhirnya dia mencapai atas. Lalu Aso pemanjat kedua, dia saat manjat sangat cepat, mungkin karna dia sudah biasa memanjat. Lalu Ghandur dan Aso melakukan repling. Lalu dilanjut oleh Hamdan yang memanjat, alhamduillah Hamdan lancar mencapai atas.

Dan sekarang giliran saya memanjat, rasa deg-degan pun terus berkobar. Dalam benak saya, saya harus mencapai atas, saya yakin saya bisa. Ditengah-tengah saya terlepas dari pegangan dan pijakan, tapi akhirnya bisa mengkondisikannya kembali. Karena mencari pijakan menurut saya yang pertama kali melakukan pemanjatan ini cukup sulit, tapi saya melakukannya dengan enjoy. Tapi Saya merasa tangan saya sudah lelah, karna terlalu lama diam atau rest. Tapi karna teman-teman menyemangati saya, saya jadi bersemangat lagi, dan Kodiksar yang diatas pun terus memberikan semnangat. Dan akhirnya saya bisa mencapai atas, betapa senang dan bangganya saya. Lalu saya diberi wejangan oleh Kodiksar Ka Jangki yaitu “Kamu itu harus percaya kepada Tuhan, percaya kepada diri kamu sendiri, percaya kepada alat, dan percaya kepada Instruktur.”. Saya disitu menangis bangga, karena saya tidak percaya kalau saya bisa di atas tebing itu.

Saya sangat menikmati ketenangan dan angin sepoi diatas tebing itu sambil menyanyikan mars Gandawesi. Setelah itu Giliran Bagus untuk memanjat, saya memberikan dia semangat dari atas, akhirnya dia sampai atas. Lalu Hamdan melakukan repling, dan saya melalukan repling. Saat repling itu menurut saya asik, dan saya ingin lagi. Saat saya sampai bawah saya melakukan laporan kepaada Kodiksar, bahwa saya sudah melakukan pemanjatan tebing, tapi tidak tahu kenapa, saya kurang fokus, akhirnya saya diberi ‘peringatan’ oleh Kodiksar. Lalu menghadap ke Kodiksar selanjutnya untuk diberi ‘peringatan’ lagi karna ada kesalahan saat memanjat tadi. Lalu saya melihat tangan saya sudah luka-luka, karna tergesek-gesek saat pemanjatan tadi. Mulai dari situlah saya sulit untuk melakukan sesuatu karna hambatan tangan, tapi saya tidak boleh mengeluh.
Setelah itu Lalu Bagus pun melakukan repling.

Dilanjut oleh Piona untuk memanjat, terlihat ada kesulitan, dia kesulitan untuk menaikkan kakinya,  dan sering terlepas dari pijakannya, kami terus memberikan semangat kepada Piona agar dia bisa menaklukkan dirinya sendiri untuk mencapai atas. Tapi terlihat dia menangis di ketinggian ± 3 meter, mungkin dia sedih karna sulit untuk naik. Dan akirnya dia tidak mencapai atas, karna dia sudah lemas, karna terlalu lama berdiam diri. Akhirnya dia harus turun.

Lalu dilanjut oleh Kania untuk memanjat, terlihat dia juga ada kesulitan seperti kania yang akhirnya harus turun, tapi saat naik kedua kalinya dia bisa mencapai atas. Terakhir, dilanjut Gani, dia memanjat dengan lancer, dan bisa sampai atas. Lalu dilanjut lagioleh Piona, tapi dia lago-lagi tidak mencapai atas. Sembari dia melakukan itu, kami yang telah melakukan repling membuat shalter dan memasak. Terlihat dari kejauhan Piona sedang dimarahi Kodiksar karna tidak berhasil lagi untuk mencapai atas.

Tak lama dari itu, hujan pun turun, saya lihat Kania sedang melakukan rafling, dan dilanjut oleh Gani. Lalu kami makan. Setelah itu hujan disertai angin kencang pun datang kami buru-buru untuk mempacking barang, tapi masih saja di anggap lelet. Kodiksar pun berkata “Ayo Tuan kami tidak akan meghukum kalian, tapi alam yang akan menghukum kalian, lihat Tuan, ini badai, kalian masih saja lelet Tuan?”. Itulah kata-kata Kodiksar yang selalu saya ingat, bahwa kita harus bergerak cepat dan sigap. Karna alam tidak akan pilih-pilih.

Sekitar pukul 17.00 kami menuju camp, lalu membuat bivak regu yang berisikan tiga orang, saya bersama Kania dan Piona. Lalu seperti biasa kami melakukan apel malam dan evaluasi, serta penggantian Danru, yang diganti oleh Hamdan. Saya melihat Ghandur saat dievaluasi dia menangis mungkin karna dia sedih karna belum maksimal, dan dia mendapat ‘peringatan’ dari kami ber-tujuh, saya memberikan dia peringatan tidak keras, tapi Kodiksar menyuruh mengulang dengan ‘peringatan’ yang lebih keras. Setelah itu lalu kami tidur, dan saat saya tidur saya mengigau merasa kalau ada kodiksar yang meniupkan pelut lalu saya berkata “Gandawesi 007 siap”, lalu saya keluar tenda lalu jatuh ke turunan, dari situ saya sadar dan terbangun. Mengigau itu menjadi kebiasaan saya saat tidur, entah kenapa mengigaunya selalu merasa ada Kodiksar yang meniupkan peluit dan menyuruh untuk keluar bivak.

Pagi pun datang seperti biasa kami sholat, memasak, dan diberi ‘peringatan’ sangat banyak oleh Kodiksar penyebabnya sama, karna kita masih lelet. Setelah itu kami bersiap menuju lokasi panjat tebing lagi, sebelum kesitu kami mempacking ulang isi carrier kami. Tapi saya, Gani, dan Aso disuruh untuk memberikan semangat kepada Piona, karna dia akan melakukan pemanjatan lagi. Tapi sayangnya dia tidak berhasil melakukan pemanjatan sampai atas.

Itulah cerita saat di Pusdikif sampai ke Citatah, masih banyak cerita lainnya selama Sembilan hari selanjutnya. Nanti akan dilanjutkan kembali okay.


Pendidikan Dasar Gandawesi (dok.gandawesi)
Cerita Pendidikan Dasar Gandawesi dibuat oleh Desy Anita Syabaniah.

Ingin tahu cerita Gandawesi dan tertarik bergabung seperti Desy Anita Syabaniah? hubungi sekretariat Gandawesi

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes