BREAKING NEWS

Pentingnya Pertolongan Pertama Pada Saat Melakukan Pendakian

Kegiatan di alam terbuka kata kang Yat Lessie seorang tokoh Pecinta Alam dari Jana Buana, mengandung unsur ketidakpastian yang tinggi. Semakin dalam memasuki hutan, semakin tinggi ketidakpastian yang akan muncul. Banyak hal yang tidak dapat diprediksi sebelumnya bisa terjadi. Hal-hal yang di luar nalar manusia maupun yang masih dalam perhitungan nalar bisa menimpa siapa saja. Contoh sederhana yang sering penulis rasakan adalah cuaca, kadang berdasarkan prakiraan cuaca yang terjadi akan cerah tapi kenyataannya malah hujan.

Hal lain misalnya kondisi badan pendaki, pada saat melakukan pendakian di awal, semua baik-baik saja tapi saat mendekati ketinggian, bisa ambruk rubuh. Yah, bisa saja kita menyebutnya sebagai kecapean, kelelahan, dan lain-lainnya tapi kalau badan kekar kemudian kecapean itu rasanya aduhai sekali. Nah, dalam kondisi-kondisi tertentu yang sering terjadi bisa dijelaskan secara medis tapi kejadiannya mungkin bisa menimpa si badan kekar sekalipun misalnya hipotermia, pingsan, kram, dan lain-lain. Hal ini butuh persiapan untuk menghadapinya. Ketidakpastian saat memasuki dalam hutan bisa kita antisipasi dengan berlatih dan terus berlatih. Latihan membuat kita menjadi tenang pada saat menghadapi gejala-gejala-gejala ketidakpastian di alam terbuka.

Pentingnya Pertolongan Pertama Pada Saat Melakukan Pendakian (gandawesi)

Salah satu bentuk latihan yang penting dilakukan oleh para pegiat alam terbuka adalah Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat atau PPGD atau Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Inilah teknik pertolongan pertama saat pendakian untuk beberapa masalah kesehatan yang umum terjadi:

1. Hipotermia

Pada suhu udara yang sangat rendah di puncak gunung, permasalahan yang biasa terjadi adalah hipotermia. Masalah kesehatan ini merupakan turun drastisnya suhu tubuh dikarenakan lingkungan yang sangat dingin. Gejalanya yaitu gigilan yang hebat, perasaan melayang, pandangan yang buyar dan detak nadi yang lambat.

Penanganan: Pada saat seperti ini, penanganan pertama yang dilakukan adalah dengan membawa si penderita hipotermia ke tempat yang hangat dan beri minuman hangat. Yang perlu diingat, usahakan agar korban tetap tersadar sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kondisi yang ia rasakan.

2. Pingsan

Ini terkadang terjadi saat proses pendakian. Daya tahan tubuh yang tidak cukup kuat dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran sementara karena otak kekurangan oksigen, kondisi perut belum cukup terisi, atau terlalu memaksakan diri mengeluarkan banyak tenaga.

Penanganan: Secepat mungkin baringkan korban dalam posisi terlentang dan tinggikan kaki melebihi jantung. Sebisa mungkin buat pernafasannya longgar dengan melepas ikatan ransel atau hal lain yang menganggu pernafasannya. Setelah siuman, beri ia air minum untuk menenangkan diri. Ingat, air minum diberikan setelah korban siuman, jangan berikan saat masih pingsan karena beresiko tersedak.

Pingsan bisa terjadi saat mendaki gunung

3. Kram

Saat mendaki gunung, kinerja kaki menjadi dua kali lipat ketimbang berjalan seperti biasa di tanah yang datar. Pada saat seperti ini, masalah yang umum sering terjadi adalah kram. Tertariknya otot dan terasa kaku menjadi hal yang menghambat perjalanan pendakian kita.

Penanganan: Posisikan kaki korban senyaman mungkin, lalu pijat perlahan telapak kaki korban dan bagian yang terasa kram. Pada bagian yang terasa kram, pijatlah berlawanan arah dengan bagian yang sedang kontraksi. Usahakan jempol kaki korban untuk digerakkan ke depan (seperti menunjuk namun menggunakan jempol kaki).

Kram bisa terjadi saat memanjat tebing 


Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes