BREAKING NEWS

Gunung Ciremai Dan Pembelajaran Penting Buat Pendaki

Di atas puncak Gunung Ceremai (Jangki)
Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung ini memiliki kawahganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) adalah sebuah kawasan konservasi yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Taman nasional ini dimaksudkan untuk melindungi kekayaan hayati dan lingkungan di wilayah Gunung Ceremai. Penunjukannya dilakukan dengan SK Menhut RI No. 424/Menhut-II/2004 bertanggal 19 Oktober 2004, yang mengubah status hutan lindung di Gunung Ceremai menjadi kawasan taman nasional. Wilayah TN Gunung Ciremai ini berada di antara garis-garis bujur 108°21'35"—108°28'00" BT dan garis-garis lintang 6°50'25"—6°58'26" LS. Topografinya sebagian besar bergelombang (64%) dan curam (22%), bergunung-gunung, dengan puncak tertinggi pada ketinggian 3.078 m dpl.
Kawasan TNGC ini sebagian masuk wilayah Kabupaten Kuningan (8.931,27 ha), dan sebagian lagi di wilayahKabupaten Majalengka (6.927,9 ha). Namun luas kawasan TNGC yang sah secara hukum dan sesuai dengan SK Menhut adalah ± 15.500 Ha. Di sebelah utara kawasan hutan ini berbatasan dengan wilayah Kabupaten Cirebon; sementara batas-batasnya di sisi timur terletak di kecamatan-kecamatan Cilimus, Jalaksana, danKramatmulya. Di selatan, batas-batas ini berada di wilayah Cigugur, Kadugede, Nusaherang, serta Darma; di barat berada di wilayah Majalengka.
Jalur pendakian
Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan, Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.
Jalur Pendakian Linggarjati
Jalur Linggarjati ( 650 mdpl) merupakan yang paling terjal dan terberat, namun jalur ini merupakan favorit dilalui pendaki. Jalur ini memang dikenal lebih menantang buat para pendaki. Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota Kuningan. Dari pertigaan Linggarjati berjalan kaki  menuju Museum Naskah Linggarjati tempat bersejarah dimana Bung Karno pernah menandatangani perjanjian Linggarjati dengan Belanda. Sementara pos perijinan pendakian terletak tidak terlalu jauh dari museum. Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki pemulapun akan mudah.
Akomodasi dan Perijinan
Seluruh aktifitas pendakian Taman Nasional Gunung Ciremai wajib mengurus Surat Ijin Masuk Lokasi (SIMAKSI) di Kantor Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan. Para pendaki wajib juga menyiapkan fotocopi identitas diri (KTP), mengisi formulir pendakian, membayar tiket masuk lokasi dan asuransi pada masing-masing pintu masuk jalur pendakian. Selain itu pendaki wajib mengerti manejemen pendakian agar pendakian berjalan sesuai rencana.
Vegetasi di Gunung Ciremai
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Secara umum, van Steenis (2006) telah mendefinisikan tiga zona iklim utama berdasarkan elevasi yang memengaruhi vegetasi di Jawa. Ialah:
Zona tropik, antara ketinggian 0—1.000 mdpl. Dengan subzona perbukitan (colline) di antara 500—1.000 m.
Zona pegunungan (montana), antara ketinggian 1.000—2.400 mdpl. Dengan subzona sub-pegunungan (submontana) di antara 1.000—1.500 m.
Zona subalpin, di atas ketinggian 2.400 m.
Satwa
Gunung Ceremai merupakan daerah penting bagi burung (IBA, Important Bird Areas JID 24), sekaligus daerah burung endemik (EBA, Endemic Bird Areas DBE 160)[7]. Beberapa jenisnya berstatus rentan (IUCN:VU, vulnerable), misalnya celepuk jawa (Otus angelinae) dan ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea). Tercatat pula sekurangnya 18 spesies yang lain yang berstatus burung sebaran terbatas (restricted area bird) seperti halnya puyuh-gonggong jawa (Arborophila javanica), walik kepala-ungu (Ptilinopus porphyreus), takur bututut (Megalaima corvina), berkecet biru-tua (Cinclidium diana), poksai kuda (Garrulax rufifrons), cica matahari (Crocias albonotatus), opior jawa (Lophozosterops javanicus), kenari melayu (Serinus estherae), dan lain-lain.
Catatan Pendakian Gunung Ceremai
Itulah Sebab kami melakukan Pendakian ke Gunung Ceremai ini. Sebelum memulai pendakian kami melakukan persiapan dari peralatan hingga perbekalan serta terencana akomodasi. Inilah catatan perjalanan Pendakian saya dan teman-teman Gandawesi.
Jum’at, 28 Maret 2014
Pagi hari kami menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan dan packing. Lalu Kami berangkat Setelah Jum’atan menggunakan Angkot Ledeng–Caheum dengan Ongkos Rp. 6000. Setelah sampek di Terminal Caheum kami segera menuju Bis Bandung – Kuningan dengan Ongkos Rp. 50.000. Sampai di Kuningan pada jam 21.00 WIB. Disini kita harus menggunaka angkot lagi untuk menuju pos pendaftaran Linggarjati. Kami beristirahat dulu untuk menunggu anggota pendakian yang berangkat menggunakan mobil sendiri. Dia adalah kang Endang (ALB Gandawesi Angk. 2). Karena masih lama kami langsung saja menuju pos pendaftaran untuk mengurus perizinan dan administrasi. Dengan ongkos Rp. 5000 kami berangkat menuju pos pendaftaran menggunakan angkot, setelah melewati museum perjanjian linggarjati dengan track yang lumayan nanjak kami sampai di Pos pendaftaran pada jam 23.00 WIB. Kami istirahat dan menunggu kang Endang datang sambil mengurus pendaftaran, ada juga yang menonton Dunia LAIN di Trans 7 dengan para penjaga Pos. Setelah menunggu lama akhirnya kang Endang datang teh Neneng (Istrinya) dengan semua perbekalan untuk makan malam kita. Setelah mempersiapkan makanan kamipun langsung menyantap sajian tersebut. singkat cerita kami beres makan langsung menuju TPA, tempat untuk Istirahat sementara para pendaki di Pos pendaftaran. Kami langsung siap-siap untuk tidur karena besok adalah kegiatan pendakan yang akan menguras tenaga jadi harus istirahat yang cukup.
Sabtu, 29 Maret 2014
Pagi itu kami bangun Subuh untuk Shalat dan masak untuk sarapan setelah semua beres kami berdoa untuk pendakian kami hari itu juga.

·         Pos Pendaftaran (600 mdpl) – Cibeunar (750 mdpl)
Kami berangkat pada jam 07.30 – 08.20 WIB sampai Cibunar. Track disini masih beraspal karena biasanya pendaki menuju pos ini menggunakan Ojek. Di awal perjalanan track masih landau karena masih di daerah pemukiman warga. Sedikit menanjak pada akhir perjalanan menuju pos cibunar dengan derajat kemiringan sekitar 400.

Sampai di Pos Cibunar kami Istirahat dan foto-foto untuk mengabadikan kegiatan kami. ada baiknya pendaki menyiapkan bekal terutama air, karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Cibeunar merupakan area camp yang cukup aman buat bermalam, karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak.
·         Pos Cibeunar (750 mdpl) – Condang Amis (1250 mdpl)
Setelah rasa capek dan puas foto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju Kondang Amis pada jam 08.25 WIB. Dengan track sudah mulai memasuki hutan pinus dan licin kami lalui dengan semangat dan pantang menyerah untuk adalah pendidikan dasar ketika kita mendaki. Setelah melewati hutan, tanjakan yang terjal kami menemui dataran kebun kopi, mungkin ini yang disebut Leuweung Datar (1200 mdpl). Kamipun istirahat di sini untuk minum dan mengumpulkan tenaga lagi (09.02 WIB).

Setelah tenaga terkumpul kami lanjutkan perjalanan menuju Pos Condang Amis 1 jam kemudian kami Sampai di Condang amis (1250 mdpl pada 10.00 WIB). Pos ini Cukup luas dan terdapat Bangunan buat istirahat pendaki dengan ukuran 4 m2. Disini kami istirahat untuk foto-foto dan minum.
·         Condang Amis (1250 mdpl) – Kuburan Kuda (1.380 mdpl)
2 jam berikutnya pendaki akan sampai di Pos Kuburan Kuda (1.380 mdpl). Kuburan Kuda merupakan tanah datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Setelah Kuburan Kuda, pendaki akan melewati beberapa tempat keramat lagi seperti Ceblokan, Pengalap.

·         Kuburan Kuda (1.380 mdpl) – Pangalap (1.650 mdpl)
Dari kuburan Kuda ke pangalap tracknya sangat terjal dan menantang. Di pos Kuburan kuda hanya lahan kecil untuk 2 tenda. Dan disini konon katanya banyak “orang lain”. Hehe
Setelah melewati Kuburan kuda kami melanjutkan menuju pangalap, pada saat perjalanan menuju pangalap kami mengalami kendala karena hujan mulai turun dan salah satu teman kami Eulis penyakitnya kambuh yang menyebabkan tidak bisa berjalan. Sehingga mengharuskan kami membuat shelter untuk mengistirahatkan dia dan membantunya mengumpulkan tenaganya. Setelah 1 jam istirahat dia akhirnya bisa berjalan melanjutkan perjalanan menuju ke pangalap, 15 menit kemudian kita sampai di pangalap. Kami langsung makan mie dan telur yang sudah dimasak oleh teman yang sudah sampai di pangalap lebih dulu. Setelah selesai makan tidak menunggu lama kami semua berangkat bareng-bareng menuju tanjakan Seruni.

·         Pangalap (1.650 mdpl) – Tanjakan Seruni (1.900 mdpl)
Setelah melewati track yang sangat susah bahkan sampek menggunakan bantuan tali-tali pohon untuk melewatinya kami sampai di Tanjakan Seruni pada pukul 14.30 WIB. Kami pun langsung menuju Tanjakan Bapatere karena waktu sudah hampir sore takutnya kita kemalan di jalan. Karena kita berencana untuk ngecamp di Sangga Buana I.

·         Tanjakan Seruni (1.900 mdpl) – Tanjakan Bapatere (2.025 mdpl)
Jalur ini adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai Bapa tere. Setelah itu kita lalui kami sampai di Bapa tere. Dan memang benar trask ini paling susah dari sebelumnya. Setelah isitrahat untuk makan coklat dan minum cukup kami langsung melanjutkan perjalanan.

·         Tanjakan Bapatere (2.025 mdpl) – Batu Lingga (2.250 mdpl).
Waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam lebih untuk menuju batu Lingga. Konon, batu ini pernah dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya . Di dekat batu lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah pendaki itu tewas karena sesuatu kejadian yang aneh di batulingga. Tepatnya, pada tahun 1999 dan dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat. Sedangkan dua lainnya tewas dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya. Menurut kepercayaan, blok batu lingga ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet.

·         Batu Lingga (2.250 mdpl) – Sangga Buana I
Batu Lingga merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar. Yang konon dulu tempat peristirahatan ayah dari sunan gunung jati pada saat tidak bisa melanjutkan perjalanan ketika melakukan pendakian di ciremai. Di Batu lingga karena hari sudah mulai gelap kami mengeluarkan headlamp sebagai penerang.

Minggu, 30 Maret 2014
·         Sangga Buana I – Sangga Buana II
Jam menujukkan pukul 02.30 WIB Alarm berbunyi, kami pun langsung bersiap-siapuntuk melanjutkan perjalanan menuju uncak walaupun rasa kantuk dan malas masih belum hilang. Tapi kami yakin itu akan tidak ada artinya setelah kami sampai puncak nanti. Setelah semua anggota bangun kami mengisi tenaga dengan makan roti yang ditetesi susu sachet serta minum secukupnya. Lalu kita briefing dan langsung cau. Bissmillah jam 03.00 WIB kami berankat dengan membawa perbekalan secukupnya untuk diamakan diperjalanan dan di puncak. Tenda di tinggal di pos ini. Akhirnya 30 menit kemudian kami sampai di sangga buana II tepatnya pukul 3.30 WIB.
·         Sangga Bunana II – Pengasinan (2.750 mdpl)
Kemuidian pendakian dilanjutkan untuk menuju pengasinan disini baru akan memasuki batas vegetasi. Perjalanan berlanjut 45 menit. Tepat jam 04.20 kami sampai di pengasinan. Karena masih terlalu pagi kami sedikit mengulur waktu dengan makan roti ditetesi susu sachet lagi serta minum. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan kami menuju Puncak.
·         Pengasinan – Puncak
Pangasinan merupakan pos terakhir. Menurut sejarah, pada masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan perang. Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar suara jeritan atau derap langkah kaki para serdadu jepang. Dari daerah yang cukup terbuka ini, pendaki dapat menyaksikan bibir kawah yang cukup menakjubkan. Diperlukan waktu satu jam dengan melewati bebatuan cadas dan medan yang tetap menanjak, bahkan harus setengah merayap, untuk sampai di puncak.


Untuk menggapai puncak tertinggi  Gunung Ciremai (3.078 mdpl), pendaki  harus melewati batu cadas yang terjal dan licin selama 1 jam dengan kondisi suhu yang dingin dan angina yang kencang. Pendaki harus tetap fokus dan hati-hati disini untuk keselamatan. Akhirnya jam 5.30 WIB kami sampai di Puncak tertinggi Jawa Barat 3078 mdpl. Dengan rasa bangga dan kagum kmi bersukur dan menikmati keindahan alam ciptaan Allah SWT. Disini kita dapat membanadingkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT, maka dari itu sikap sombong itu tidak layak melekat sedikitpun pada diri kita. Dan banak lagi pelajaran kehidupan baik secara religi, sosial budaya maupun cara merawat linkungan hidup. Ini adalah dokumentasi kami di puncak gunung tertinggi Jawa Barat.

Setelah Capek kami hilang dan puas menikmati keindahan puncak ciremai kami pun turun menuju sangga buana I tempat tenda kami. Kami sampai pada jam 10.00 WIB. Kami langsung mempersiapkan perlatan masak dan masak untuk makan siang. 1 jam kemudian kami siap untuk makan siang dan packing semua perlatan.
Kami berangkat jam 13.00 WIB menuju Cibunar. Dengan perjalanan yang mulai melambat karena si Eulis sudah mulai capek dan lelah kakinya. Kami lalui setiap pos. tanpa kami duga ada insiden yang terjadi pada Eulis, tiba-tiba dia terjatuh dan nafasnya mengecil karena Bronkitis, sekaligus Hipotermia karena pakaiannya basah. Kami langsung bergegas meminta bantuan, sukurlah ada bantuan para pendaki yang membawa Oxygen dan langsung sambil memasak air hangat untuk menanggulangi gejala Hipotermianya. Karena hari sudah gelap kami memutuskan untuk ngecamp 1 malam lagi dan akan melanjutkan perjalanan esok hari.
Dari kejadian ini banyak pelajaran yang saya dan teman-teman dapat baik dan jiwa sosial para pendaki dan ilmu kesehatan dan manajemen kegiatan.

Senin, 31 Maret 2014
Kami bangun jam 7.00 WIB dan menyiapkan makan dari perbekalan yang masih tersisa untuk si Eulis terlebih dahulu,  dan akhirnya teman kami yang sudah dibawah menjemput dengan membawa makanan untuk kita. Kami langsung memakananya dan bergegas melatih eulis untuk mlai berjalan karena sakitnya belum sembuh. Setelah beberapa menit kami mencoaba melatihnya tiba-tiba dia terjatuh lagi dan nafasnya kembali kambuh. Akhirnya tanpa berfikir panjang kami langsung memutuskan untuk menggendongnya. Dari pos Pangalap (1.650 mdpl menuju Cibunar 750 mdpl) kami bergantian menggendong si Eulis. Singkat cerita setelah melewati beberapa pos dan sempat tersesat di Pos Pangalap – Kuburan Kuda kami sampai juga di Cibunar pada jam 17.00 WIB. Dan ternyata sudah disambut oleh ojek yang di minta oleh ALB Gandawesi (kang Endang dan Kang Iden) untuk mengantarkan kami menuju ke pos pendaftaran dan tidak hanya itu ternyata kang iden juga menghubungi Tim Ranger gunung Ciremai untuk membantu kami ketika pada jam magrib belum juga sampek di pos. tetapi semua tidak jadi beraksi karena kami sudah sampek di Pos. hal ini juga menjadi pelajaran bagi kami semua. Bahwa pendakian itu tidak hanya untuk orang yang kuat akan fisik, mental maupun keberanian, tetapi juga mengajarkan kita untuk melakukan perncanaan sebaik mungkin. Seperti hal ini. Ini terjadi karena kami kurang mempersiapkan dari aspek medis para anggota, dan itu ternyata sangat fatal terjadi pada pendakian kali ini.

Baru kali ini saya mengalami kejadian ini setelah beberapa kali mendaki Gunung. Tetapi hal ini yang membuat pengalaman saya dan teman-teman pendaki yang lain berbeda.
Setelah kami istriahat, ada yang mandi, shalat dan makan, kami memutuskan untuk pulang ke Bandung malam itu juga. Eulis dan saya naik mobil kang Endang bersama teh Neneng dan anaknya sementara yang lain naik kendaraan Umum. Say dan Eulis sampai di bandung pada Jam 01.00 WIB. Sedangkan yang menggunakan kendaran Umum sampai Subuh.
Itulah Cerita pendakian Gunung Ciremai Saya. Semoga bisa bermanfaat baik bagi saya dan pembaca.

INGAT!!! Selalu persiapkan hal dengan matang. “Semua butuh Proses tidak ada yang instant”, Lakukan Proses itu sepenuh hati. “Karena walaupun hasil bisa menghianati proses, tetapi proses tidak akan menghiantai Hasil.”

Gunung Ciremai Dan Pembelajaran Penting Buat Pendaki Gunung adalah catatan Ahmad Jangki anggota Gandawesi

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes