BREAKING NEWS

Bertiga Menggapai Atap Jawa, Indahnya Ranu Kumbolo!

[Cerita SebelumnyaBeberapa saat setelah kami mendirikan tenda di luar gubuk tepatnya di teras ada yang mendirikan tenda, rombongan dua pasang ini katanya baru turun dari puncak tadi siang. kegiatan, istirahat sambil masak, ngopi, merokok, dan kegiatan lainnya seperti ngobrol dengan teman-teman pendaki lainnya. Setelah semua menu masakan siap untuk dimakan, kami pun langsung makan dan istirahat tidur. Sengaja tidur kami lebih awal untuk kegiatan besok yang pastinya melelahkan.

Pagi hari sekitar pukul 07.00 kami bangun, dan segera keluar dari tenda untuk menghirup udara Ranukumbolo dan melihat pemandangan sekeliling. Betapa indahnya pemandangan disana layaknya tempat dalam dongeng atau lukisan saja, dimulai dari tanah yang dipijak dengan warna pasir pantai yang coklat muda, air danau yang berwarna hijau, gunung -gunung sekeliling danau yang biru, dipadu langit dengan biru mudanya serta hamparan kecil awan putih. Kepuasan hati tidak hanya sampai pada hanya melihat alam saja, tapi dibarengi juga oleh kehadiran sepasang suami istri warga setempat yaitu suku tengger yang sedang memancing ikan di danau, kamipun sempat ngobrol dan mengabadikannya lewat foto, sungguh pemandangan dan pengalaman yang tak mudah untuk dilupakan. Rasanya berat untuk meninggalkan daerah Ranukumbolo, betapa indah Allah menciptakan alam ini. Namun tujuan kami bukan hanya disana, kami pun tidak hanyut oleh keindahan alam Ranu Kumbolo ini.
Setelah agak siang sekitar pukul 08.00 wib, kami segera masak, bongkar tenda dan melakukan persiapan untuk melanjutkan perjalanan menuju atap jawa ini. Persiapan yang tidak kami lupakan adalah dengan mengisi semua tempat air yang kami bawa, karena perjalanan selanjutnya yaitu menuju kalimati atau bahkan arcopodo yang jauh tanpa ada mata air disepanjang jalannya.

            Pukul 11.00 wib, setelah persiapan kami selesai kami siap melakukan perjalanan menuju kalimati. Perjalanan ini diawali dengan tanjakan yang tingginya sekitar 30m dengan kemiringan kira-kira 60-75 derajat, tanjakan ini diberi nama tanjakan cinta, mungkin karena tanjakan ini keliatan seperti lambang hati yang membelah dua buah bukit atau entah apalah sejarahnya, cukup lelah juga kami melalui tanjakan ini. Sampai di atas antara dua bukit ini, jalan mulai turun dan agak datar, disekeliling jalan ini ditumbuhi oleh rumput yang berwarna coklat muda, pemandangannya hampir seperti di hutan-hutan afrika. Tidak lama kami melakukan perjalanan di sana, kami langsung memasuki daerah oro-oro ombo yang merupakan dataran yang juga memiliki pemandangan yang indah. Disekitar oro-oro ombo kami melihat padang rumput luas yang dikelilingi lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik gunung Kepolo tampak puncak mahameru yang menyemburkan asap wedus gembel. Di daerah ini kami sempat melakukan istirahat sejenak untuk sekedar mengurangi rasa lelah dan membasahi tenggorokan sambil menikmati pemandangan sekeliling yang cukup indah. Setelah oro-oro ombo kami memasuki daerah cemara kandang. Di sekitar cemara kandang perjalanan kami ditemani oleh pohon-pohon cemara yang kering karena musim kemarau. Pohon-pohon itu juga banyak yang tumbang sehingga perjalanan kami lebih menarik lagi untuk merintanginya. Ditengah-tengah perjalanan cemoro kandang yaitu daerah jambangan (sekitar 10 menit lagi menuju kalimati) kegagahan pucak mahameru dengan semburan asapnya terlihat jelas. Kami pun melakukan istirahat lagi didaerah ini, selain untuk istirahat pemberhentian kami ini juga untuk melakukan pemotretan dengan latar ketika mahameru menyemburkan asap wedus gembelnya. Karena semburan-semburan asap itu menyembur dengan selang waktu antara 5-15 menit maka kami sabar menunggu sampai semburan itu terlihat, ketika telihat menyembur kami langsung melakukan pemotretan. Sebuah kenangan yang tak dapat dilupakan.

Sampai di Kalimati sekitar pukul 14.00, kami bertemu kembali dengan dua orang asal Jakarta dan mereka belum terlalu lama beristirahat disana. Kamipun mendekati mereka dan istirahat bareng sambil ngobrol-ngobrol. Ketika itu juga kami melihat rombongan sekitar 8 orang yang berbicara bahasa sunda, spontan kami mendekati dan bertanya dari mana asal mereka dan benar saja dugaan kami ternyata mereka juga berasal dari Itenas Bandung jurusan Elektro. Tapi kami tidak ngobrol panjang lebar, karena mereka akan segera melanjutkan perjalanan turunnya, kami pun melanjutkan istirahat.
Beberapa saat setelah itu, otonk dan siddiq memutuskan untuk mengisi persediaan air dan saya diam ditempat peristirahatan untuk menjaga perbekalan dan masak air untuk minum kopi atau teh sekedar menemani isapan rokok. Itu dilakukan agar persediaan air kami tidak sampai kekurangan karena ternyata di Kalimati terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Setelah kurang lebih setengah jam dari kepergian otonk dan siddiq, merekapun kembali dengan memebawa satu kompan air dan beberapa botol aqua yang terisi penuh.

            Pukul 16.30 wib, setelah istirahat panjang dan badan terlepas dari rasa lelah, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Arcopodo. Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke kiri (Timur) dari jalan setapak yang kami lalui. Berjalan sekitar 500 meter tempat peristirahatan , kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Sebenarnya jarak antara pos Kalimati dan Arcopodo ini tidak terlalu jauh yakni berjarak 1 jam dari Kalimati melewati tanjakan hutan cemara yang sangat curam yang mempunyai kemiringan sekitar 60-70 derajat, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Jadi meskipun jarak dekat tapi lintasan yang dilaluinya cukup berbahaya, dan memerlukan fisik yang kuat. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m,  Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati bukit pasir.

Sampai di Arcopodo sekitar pukul 17.15. disana kami tidak langsung memasang tenda tapi mencari lokasi yang enak sambil menunggu kedatangan dua orang Jakarta, serta tiga orang Jakarta lainnya yang berangkat bareng dari pos Kalimati tadi. Setelah datang dua orang pertama kami mendirikan tenda disebelah atas pos Arcopodo. Seelah menunggu lama tiga orang lainnya, saya dan siddiq mencoba turun dari camp untuk menyusul dan membantu mereka, sampai akhirnya kami berdelapan mendirikan tiga buah tenda dalam satu camp. Kegiatan setelah itu adalah masak dan istirahat mengisi energi untuk kegiatan besok yang rencananya akan mulai melakukan perjalanan sekitar pukul 02 pagi, tidur kami berdelapanpun dilakukan tidak terlalu malam. Dalam sela-sela tidur saya sempat terbangun dan mendengar dan merasakan tiupan angin kencang Arcopodo, sekitar waktu dini hari saya juga sempat mendengar suara langkah kaki beberapa orang yang melewati camp, mereka adalah rombongan yang membuat camp di pos Arcopodo dan rombongan yang membuat camp di pos Kalimati.

Tiupan angin yang sangat kencang dan udara yang dingin mengharuskan kami mengubah rencana pendakian dari asalnya pukul 02 pagi menjadi lebih siang lagi yaitu sekitar pukul 06 pagi. Akhirnya kami bangun tidur pukul 05.30 wib dan langsung melakukan persiapan menuju puncak, seperti biasa perbekalan yang kami bawa hanya sedikit makanan ringan dan minuman serta tak lupa kamera untuk mengabadikan momen di atas sana. Ketika memulai summit attack pun sebenarnya udara diluar masih dingin, sampai-sampai saya memakai tiga lapis baju, dua lapis celana dan tak lupa memakai kupluk dan kaos tangan.

            Mulanya kami berangkat berdelapan sampai beberapa menit, sampai beberapa saat mungkin karena fisik yang tidak merata menjadikan bertiga memimpin didepan dengan jarak yang tidak terlalu jauh satu sama lainnya, siddiq menjadi leadernya dan saya sebagai sweaping berada ditempat ketiga setelah siddiq dan otonk . Sementara lima orang lainnya jauh kami tinggalkan di bawah dengan kondisi terpisah-pisah satu sama lainnya. Setelah sekitar dua jam kami melakukan summit attack akhirnya saya melihat dataran puncak mahameru dengan tiang kecil berbendera dipingirnya, ketika itu siddiq sudah berada agak jauh didepan dan otonk berubah beada dibelakang saya. Ternyata tempat yang saya lihat tadi adalah puncak semu, tapi itu tidak menurunkan semangat saya untuk erus melanjutkan perjalanana. Akhirnya sekitar pukul 07 lebih akhirnya saya menginjakan kaki dipuncak mahameru yang sekaligus juga sebagai puncak tertinggi pulau jawa, ketika itu juga siddiq yang sudah sampai duluan beberapa saat yag lalu dan teman-teman pendaki lainnya yang telah sampai beberapa waktu sebelumnya, langsung menyambut saya dengan penuh haru. Dan beberapa saat setelahnya otonkpun datang, langsunglah kami pun menyambutnya. Ternyata meskipun langit cerah udara diatas sana terasa dingin karena angin yang bertiup diatas sangat kencang. Betapa bangganya saya ketiaka diatas sana, sembari mengucap ribua rasa syukur dan puji kepada Allah, saya merasakan dan melihatlihat pemandangan diatas sana.
Diatas terlihat gumpalan-gumpalan awan menyelimuti angkasa pemukiman penduduk sekitar gunung, dengan tonjolan gunung-gunung biru ditengahnya, sebelah utara telihat Arjuno-Welirang menjulang tinggi menembus awan, melihat ke sebelah barat daya, dibawahnya terlihat pemandangan kota lumajang dengan gumpalan awan yang tak terlalu banyak. Di sisi sebelah selatan puncak Gunung Mahameru (Semeru) terdapat kawah Jonggring Saloko,  yang mengeluarkan letusan Wedus Gembel setiap 10-20 menit. Fenomena letusan inilah yang menjadi daya tarik kami diatas, begitu letusan Wedus Gembel muncul dari jongring saloka, maka kami diatas sibuk untuk mengabadikannya.
Ternyata sudah terdapat banyak orang di atas sana, kegiatan mereka hanyalah diam sambil makan makanan kecil dan melihat-lihat pemandangan sambil menunggu datangnya sang Wedus Gembel. Begitupun yang dilakukan kami sama seperti yang lainnya.
Gandawesi di Puncak Gunung Semeru 
Lama kami berada di atas, sekitar setengah jam lebih. Namun kelima anggota lainnya belum juga datang. Kami putuskan saja untuk turun tanpa menunggu yang lain sampai keatas. Ternyata sekitar sepuluh menit pendakian lagi kami bertemu dengan salah satu dari lima orang itu, dua orang lainnya berjarak sekitar setengah jam pendakian dan satu orang berjarak sepuluh dari dua orang diatasnya serta satu orang paling belakang hanya bisa sampai cemoro tunggal dan kembali tidak bisa melanjutkan perjalanan karena tak pakai sepatu sehingga kakinya tak kuat menginjak batuan dan pasir sepanjang trek.
Tiba di camp Arcopodo sekitar pukul setengah sembilan. Yang kami langsung lakukan disana hanyalah bersantai sambil masak dan menunggu empat anggota lainnya. Setelah satu setengah jam kami menunggu, akhirnya mereka muncul juga dengan muka-muka bangganya. Seterusnya waktu kami habiskan untuk sekedar ngobrol pengalaman sambil membereskan perbekalan (persiapan turun). Disana kami masak dan makan bareng dengan porsi untuk delapan orang anggota. Setelah makan dan persiapan yang lainnya beres, sekitar pukul sebelas kami berdelapan pun berdo'a bersama dan memulai perjalanan turun.
Sebelum sampai di pos Kali mati kami bertiga sudah mulai terpisah dari lima orang lainnya, sengaja kami melakukan perjalanan turun ini dengan cepat karena yang menjadi tujuan kami hari ini adalah langsung ke pos Ranu pane atau bahkan langsung ke Malang. Pos kalimatipun hanya kami lewat saja tanpa melakukan istirahat dulu disana. Perjalanan dilanjutkan dengan lintasan yang sama persis dengan ketika kami mendakinya, di Oro-oro ombo kami sempat melepas lelah setelah perjalanan turun yang melelahkan tadi. Pukul dua siang kami sampai di Ranu Kumbolo, disana kami beristirahat, sambil menikmati pemandangan Ranu kumbolo kami makan dan bercanda. Cukup lama juga kami beristirahat disana, sampai waktu menunjukan pukul 04.00 sore, kami langsung memulai kembali melakukan perjalanan turun ini. Dari Ranu kumbolo menuju Ranupane kami melewati jalur yang berbeda dengan jalur pendakian yaitu akan melewati daerah alang-alang yang lebih singkat. Untuk melintasi jalur alang-alang ini kami belok kiri dari pertigaan di ujung danau Ranukumbolo, awal perjalanan ini adalah datar sampai sekitar sepuluh menit perjalanan, selepas itu medan berubah menjadi tanjakan yang cukup panjang dan banyak memakan energi. Lintasan menanjak ini berlanjut sampai sekitar satu jam, dan berakhir disebuah puncak. Pemandangan di puncak ini puntak kalah menarik, disana kami dapat melihat mahameru sedang menyemburkan wedus gembelnya.
Setelah di puncak lintasan berubah menjadi sebuah turunan panjang sampai ke Ranupane. Lintasan ini sempat membuat kami merasa jenuh, karena lutut yang harus terus menerus menahan laju kaki. Setelah hari mulai gelap akhirnya sampai juga kami di Ranupane, disana yang menjadi tujuan untama kami adalah warung yang beada di seberang pos pendataan Ranupane. Setelahnya kami langsung menuju pos untuk melapor di pos pendataan. Rasa lelah setelah melakukan perjalanan terobati setelah ada sebuah mobil jeep pengangkut pendaki yang akan turun ke pasar tumpang, setelah harga disepakati kami langsung naik mobil menuju pasar tumpang malam itu juga. Diperjalanan ini kami bertiga ditemani seorang militer yang ketika diatas puncak dan Ranukumbolo juga sempat ketemu dan ngobrol bareng. Dia berasal dari Semarang yang mendaki sendirian dengan ditemani seorang porter, namun dia turun lebih dulu dari kami yaitu sekitar sepuluh menit sebelum Pasar tumpang.
Singgah sejenak di Malang
Sesampainya di Pasar tumpang kami langsung menelpon seorang anggota luar biasa Gandawesi, ternyata benar saja bahwa kami diajak untuk bermalam dirumahnya. Sebenarnya ketika di Ranupane kami ditawari untuk bermalam dirumah pemilik mobil, dan kamipun menyepakatinya. Namun setelah kami menghubungi Kang Antelas niat untuk bermalam di pasar segera dibatalkan, dan kamipun langsung mencari mobil jurusan terminal Arjosari. Setelah tiba di terminal Arjosari atas petunjuk dari kang Antelas kami langsung anik angkot AMD, dan turun diperempatan yang terdapat patung Sudirman dekat SMP lima malang. Sekitar setengah jam kami menunggu, akhirnya kang Antelas datang menjemput kami, tapi sebelum pergi di perempatan itu kami diajak untuk makan dan ngobrol dulu di sebuah rumah makan. Selepas perut terisi kami berangkat menuju rumahnya, saya dan Otonk pergi kesana menggunakan beca, sedangkan siddiq naik motor dengan kang Antelas.
Sampai dirumah, kami langsung mandi dan bergegas untuk tidur. Keesokan harinya kami bangun pagi-pagi, mandi, sholat dan bersantai sambil ngobrol dengan keluarga kang Antelas. Makan pun telah disediakan oleh istrinya yang kebetulan juga salah satu alumni jurusan PKK UPI. Sekitar jam sepuluh pagi kami bertiga berpamitan untuk pulang menuju Jogjakarta.
Menuju terminal Arjosari, angkot yang kami tumpangi adalah AMD juga yang jika menuju arah terminal tidak terlalu jauh dari komplek rumah kang Antelas yaitu sekitar dua ratus meteran. Dari arjosari kami naik bis menuju Surabaya, karena bis jurusan Jogjakarta hanya ada sekitar jam dua siang atau bahkan jam empat sore dari Arjosari. Di terminal Surabaya kami langsung pindah dari bis jurusan  Arjosari-Surabaya ke bis jurusan Surabaya-Tasikmalaya yang melewati Jogjakarta.
Akhirnya malam hari kami sampai juga di kota Jogjakarta. Disana kami turun di bawah jalan layang sleman dan dijemput oleh tiga orang teman Otonk mengunakan sepeda motor menuju kostannya Otonk, karena jika malam dan turun diterminal  Jogja mobil kopaja sudah tidak ada. Sesampainya dikostan Otonk kami langsung mandi dan keluar mencari makan.  Saya sempat tinggal satu hari dikostannya Otonk untuk istirahat.

Keesokan harinya sekitar jam sembilan Otonk pergi kuliah, sementara jam sepuluhnya saya dan siddiq berangkat menuju stasiun lempuyangan untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Bandung. Siddiq sebenarnya hanya mengantar saja sampai ke stasiun lempuyangan ini, karena rencananya dia akan mendaki Gunung Merbabu dan Gunung Merapi bersama anggota lain dari PASKA 91. Setelah lama menunggu akhinya kereta tiba pukul satu siang, dan sayapun naik dan berangkat menuju Bandung, kereta ekonomi yang saya pakai ini sampai di Bandung sekitar jam dua belas malam. Sesampainya tiba di stasiun Kiara Condong saya langsung naik angkot menuju kampus, menuntaskan perjalanan saya mendaki Ter-Jawa ini. (Zamzam Tribadruzaman, Sidiq, Otong, Ditulis Ulang Oleh Iden Wildensyah)

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes