BREAKING NEWS

Asyiknya Bercengkrama Di Kereta Ala Gandawesi

Menempuh perjalanan 26 jam di kereta, pastinya membuat kita suntuk. Apalagi tak menyiapkan perbekalan. Hanya duduk, tidur, minum, lihat pemandangan di luar jendela, dan sesekali berjalan menyusuri gerbong kereta. Aaaah, bosan.

Tapi tidak dengan sembilan orang anggota Gandawesi. Saat ini, mereka tengah menempuh perjalanan dari stasiun Kiaracondong, Bandung ke Banyuwangi, Jawa Timur. Perjalanan untuk melaksanakan Program Pengambilan Nomor Induk Anggota (PPNIA) puncak, berupa ekspedisi "Sisig Basisir" ke Pantai Coko Grajagan sampai Pantai Plengkung, Banyuwangi, Jawa Timur.

Tas ransel ukuran 75-85 liter, membebani pundak mereka masing-masing. Namun, beban berat di dalamnya membuat mereka semakin gagah, sebagai sosok pecinta alam trendy. Tapi bukan soal gagah-gagahan. Perjalanan mereka murni untuk meneliti lingkungan di pantai yang dituju.



Ransel-ransel besar itu tak lagi membawa kesan gagah, saat tidak digunakan. Iya..lah, ransel-ransel itu harus ditaruh di bagasi atau tempat duduk masing-masing. Saat di kereta, mereka tetap saja seperti penumpang lainnya. Tidur dan ngiler.

Adalah Gani gunawan, Bagus ilham khoir, Piona chessonia masyer, Azhar adhiyatso, Desy anita syabaniah, Hamdan Hafidhuddin, anggota muda Astha Bayu yang melakukan ekspedisi itu. Mereka didampingi dua anggota biasa dan satu anggota luar biasa untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Menurut Gani Gunawan, 21 tahun, Ketua angkatan ke-30 Gandawesi, Astha Bayu yang juga merangkap komandan operasional ekspedisi, mengaku panas bujur (maaf, panas pantat) karena harus duduk di kereta selama 26 jam. Namun, perjalanan itu dibuat seru dengan beragam tingkah.

"Lumayan panas bujur, tapi seru. Sebenarnya saya cukup deg-degan. Selain karena baru pertama kali naek kereta, tapi juga karena lingkungan baru. Apalagi, kami harus bertanggung jawab sama objek yang kita tuju nanti, takut hasilnya kurang memuaskan banyak pihak saja. Tapi, Alhamdulillah senang juga. Dapat pengalaman baru," ujar Gani saat berbincang, Sabtu (3/3/2018).

Tentunya, keseruan mereka tetap menjaga etika di dalam kereta. Tak membuat gaduh dan mengganggu penumpang lainnya. Namun, terkadang bau-bau asem karena belum mandi tercium menyengat oleh penumpang lain. Walau antara anggota satu dan lainnya tetap jahil untuk menghilangkan kejenuhan.



Ketua Dewan Pengurus KPALH Gandawesi, Dewi Sunartini mengatakan, ekspedisi "Sisig Basisir" angkatan 30, Astha Bayu dilakukan ke kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Mereka akan menyusuri 5 titik pantai, mulai pantai coko grajagan, cungur, ngagelan, pancur, dan plengkung. Panjang pantainya mencapai 29,5 kilometer.

"Ekspedisi ini dijadwalkan pada 2-8 Maret 2018. Sisig Basisir tidak hanya susur pantai semata, tapi juga mereka melakukan penelitian pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan kebersihan lingkungan di kawasan pantai," katanya.

Kegiatan ini sebagian besar didanai uang saku masing-masing anggota yang berangkat, juga pencarian dana usaha dan sumbangan donatur. Kegiatan ini merupakan tahapan terakhir dalam program PPNIA untuk mengaplikasikan semua ilmu kegandawesian di lapangan. Terlebih, kegiatan tersebut dirancang dan dilaksanakan oleh anggota muda sendiri untuk selanjutnya bisa menjadi dasar saat mereka merancang kegiatan selanjutnya.

"Ini adalah awal puncak kegiatan bagi anggota muda, kegiatan yang mereka buat sendiri, sesuai keinginan angkatan mereka. Ekspedisi ini bisa mengajarkan kepada mereka untuk lebih dewasa, dalam prosesnya, mereka mendapatkan tempaan dari dalam maupun luar untuk kesiapan selanjutnya. Karena, setelah mereka menjadi anggota biasa, bahkan setelah jadi alumni di kehidupan luar kampus, mereka akan mendapat tempaan lebih dari ini," jelasnya.


Share this:

1 komentar :

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes