Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatatkan, ada 513 bencana melanda Indonesia sejak dua bulan belakangan ini. Bencana yang melanda Indonesia ini terdiri dari puting beliung 182 kejadian, banjir 157, longsor 137, kebakaran hutan dan lahan 15, kombinasi banjir dan tanah longsor 10, gelombang pasang dan abrasi 7, gempabumi merusak 3, dan erupsi gunung api 2 kali.
Dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut adalah 72 jiwa meninggal dunia dan hilang, 116 jiwa luka-luka, dan lebih dari 393 ribu mengungsi dan menderita. Sebanyak 12.104 rumah rusak meliputi 1.566 rumah rusak berat, 3.141 rumah rusak sedang dan 7.397 rumah rusak ringan. Selain itu juga terdapat kerusakan 127 unit fasilitas pendidikan, 123 fasilitas peribadatan dan 13 fasilitas kesehatan. Diperkirakan kerugian dan kerusakan akibat bencana mencapai puluhan triliun rupiah.
Melihat kejadian ini, Kelompok Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (KPALH) Gandawesi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, tak tinggal diam. Mereka turut diterjunkan membantu korban bencana yang terjadi di sekitar Jawa Barat. Tak jauh dari aktivitas di kampusnya yang terletak di Bandung.
Adalah Dela Andela, 23 tahun, anggota KPALH Gandawesi angkatan 27, terjun langsung memimpin tim untuk memberikan bantuan di Desa Tanggulun, Majalaya, Kabupaten Bandung yang terkena bencana banjir. Di wilayah ini, ratusan orang harus mengungsi karena rumahnya tenggelam.
Bersama 4 orang lainnya, para perempuan pecinta alam ini menunjukkan kepeduliannya terhadap korban terdampak bencana. Tentu, dengan relawan dari komunitas dan masyarakat lainnya yang ada di sekitar wilayah terdampak banjir.
Pada Jum'at kemarin, kelima wanita Gandawesi itu memberikan trauma healing kepada anak-anak korban terdampak.
Beberapa kegiatan dilakukan untuk membantu anak-anak se-usia sekolah dalam mengurangi bahkan menghilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami yang diakibatkan bencana banjir.
Mereka itu Dela (angkatan ke-27), Nida dan Feby (angkatan ke 29), Annisa dan Meutia (angkatan ke-31). Kelimanya kompak mengajak bermain anak-anak korban banjir. Terkadang bernyanyi, bercerita, hingga memberikan permainan menarik lainnya. Semua itu dilakukan untuk memberikan penguatan agar masa depan anak-anak ini tidak terganggu akibat adanya bencana itu.
Tak jarang, wanita-wanita tangguh ini melakukan kerja bakti bersama masyarakat sekitar untuk membersihkan pemukiman warga dari lumpur dan sampah. Mereka memberikan bantuan sosial, murni karena tergerak ingin meringankan beban para korban. Tidurnya pun hanya menginap di posko bersama yang ada di wilayah itu.
Menurut Ketua Dewan Pengurus KPALH Gandawesi, Dewi Sunartini, keberadaan Gandawesi harus dirasakan manfaatnya oleh warga Jawa Barat khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Selain memberikan bantuan kepada korban banjir di Majalaya, Bandung, Gandawesi juga pernah menurunkan tim untuk membantu korban banjir di Garut beberapa waktu lalu.
"Kita harusnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Sekarang, disaat ada yang membutuhkan dan kita bisa memberikan bantuan, maka kita ikut bantu. Teman-teman Gandawesi juga sangat antusias untuk membantu korban bencana di sana," ujar Dewi saat berbincang, Sabtu (3/3/2018).
Dia mengatakan, salah satu anggotanya yang ada di lapangan harus kembali ke kampus untuk meneruskan studinya. Sementara yang lainnya masih tetap di Desa Tanggulun, Majalaya, untuk membantu korban banjir dalam beragam bentuk.
Waah terimakasih support nyaaa
BalasHapusTetap semangat meski penuh tempaan
HapusKeren...moga apa yg telah dilakukan ada secercah harapan buat anak2 korban Bajir Majalaya..
BalasHapusHadirnya saja sangat berarti bagi korban dimana pun..apalagi ikut membantu. Semangaaatttt
HapusKegiatan yang sangat bermanfaat, terus semangat.
BalasHapusTerima kasih..
BalasHapusKegiatan peduli sosial ini bikin saya salut. Mereka terutama anak2 yang harus tertunda sekolah sgt memerlukan bantuan tangan kita. Keep spirit mba..
BalasHapus