BREAKING NEWS

Keluarga Disabilitas Korban Banjir Disambangi Gadis Gandawesi

Dari gang ke gang, dari kampung ke kampung, menyusuri pemukiman warga yang terendam air bah. Banjir, walau tak bandang, menyisakan derita berkepanjangan bagi warga terdampak.

Warga yang tadinya mampu, bisa menjadi miskin dalam sekejap ketika ditimpa bencana. Apalagi warga yang sehari-harinya tak berkecukupan. Kehadiran pemerintah dan warga lainnya sangat diperlukan untuk membantu meringankan beban korban banjir, dimanapun.

Pekan lalu, Kampung Babakan, Desa Majakerta, Majalaya, Bandung, menjadi bagian yang merasakan ganasnya air. Beberapa rumah terendam, karena air sungai Citarum meluap. Termasuk rumahnya Permana dan Tetty.

Kedua orang penyandang disabilitas netra ini, harus turut mengungsi kala banjir merendam rumahnya. Semua perlengkapan rumah tangganya terendam, hanya beberapa saja yang bisa diselamatkan ke tempat yang lebih tinggi.



Banjir berlalu, tapi mereka tetap membutuhkan uluran tangan karena pasca banjir, masih banyak yang harus diselesaikan. Beruntung, Balai Siaga Bencana di wilayah itu tanggap melihat warga yang benar-benar membutuhkan. Salah satunya, penyandang tunanetra ini.

Apalagi orang tua dari Haila dan Naura ini, menjadi orang tua angkat bagi penyandang disabilitas lainnya yang ditelantarkan keluarga masing-masing. Rumahnya tak begitu besar, tapi dia rela berbagi untuk sesama penyandang disabilitas lainnya.

Kasur kapuk mereka pun, basah kuyup. Berhari-hari di jemur di teras rumahnya, tak juga kering. Begitu pun dengan pakaian sehari-hari. Pasca banjir, keluarga disabilitas ini sangat menggantungkan hidupnya dari bantuan tetangga dan warga lain.



Kedatangan gadis-gadis Gandawesi ke rumah Disabilitas korban banjir ini, menjadi obat tersendiri. Feby, Nida, dan Dela, sigap membantu balai siaga dalam menyalurkan bantuan. Termasuk untuk keluarga Permana dan Tetty tadi. Di bawah koordinasi, Yudi Norman Fauzi, Guru SMA 2 Majalaya, Bandung, mereka hadir untuk meringankan beban korban banjir.

"Karena mereka tunanetra, dan kebanjiran, maka jadi prioritas utama kita untuk menyalurkan bantuan. Apalagi, perhatian dari pemerintah kepada penyandang disibilitas itu cukup kurang. Makanya kita bawa kesini bantuan kasur, pakaian layak pakai, dan makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka pasca banjir ini," ujar Yudi saat berbincang, Sabtu (3/3/2018).

Sedikitnya ada 6 orang anak berkebutuhan khusus yang diangkat Permana menjadi keluarganya. Di wilayah ini, tidak ada sekolah luar biasa atau pendidikan inklusi untuk menampung mereka. Rumah Permana dan Tetty inilah yang menjadi tumpangan para kaum disabilitas. Walaupun kedua orang itu juga sama-sama disabilitas.



Feby, angkatan 29 Gandawesi mengaku sangat prihatin dan bangga melihat kondisi mereka. Meski berkebutuhan khusus, mereka tetap semangat menghadapi bencana yang menimpanya. Bahkan, salah satu diantaranya berusaha bangkit dari keterpurukan dengan menjadi pengusaha telor asin.

"Kita dan tim dari balai siaga bencana, ikut memberikan bantuan sosial bagi mereka. Kita sebenarnya hanya relawan trauma healing untuk anak-anak korban banjir. Tapi, terkadang diperbantukan pada beberapa kegiatan, salah satunya menyalurkan bantuan dan entry data assesment korban banjir," kata Feby.

Hingga kini, warga korban banjir di kawasan Bandung Selatan itu masih membutuhkan uluran tangan dari masyarakat lainnya. Bantuan bersifat Natura, baik pakaian layak pakai, makanan, hingga perlengkapan rumah tangga.

Share this:

2 komentar :

  1. Belajar...itu tidak hanya formal..di dalam kelas..dan ada gurunya..tapi pengalanan di lapangan adalah...guru yg tak pernah terulang..

    BalasHapus
  2. Aktualisasi diri seperti inilah yg kami harapkan dr generasi muda gandawesi.berfikir dan berbuat utk masyarakat jauh lebih berguna drpda hanya berdebat di dlm ruangan sekretariat.

    BalasHapus

 
Copyright © 2014 gandawesi.or.id. Designed by OddThemes